REMBANG – Hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan banjir bandang yang menerjang delapan desa di Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tidak hanya itu, longsor dan pohon tumbang di Jalur Pantura turut memperparah situasi, menyebabkan arus lalu lintas terganggu.
Bencana yang terjadi secara tiba-tiba ini merendam ratusan rumah warga serta merusak fasilitas umum, termasuk kantor desa, tempat ibadah, dan lembaga pendidikan. Sedikitnya 155 kepala keluarga (KK) terdampak, yang berasal dari delapan desa, yaitu Leran, Jurangjero, Trahan, Pangkalan, Sluke, Sanetan, Jatisari, dan Bendo.
Di Desa Sanetan, longsor menimpa tebing setinggi 4 meter dengan panjang 20 meter. Kerugian akibat peristiwa ini ditaksir mencapai Rp 400 juta. Sementara itu, di Jalur Pantura, tepatnya di timur Gapura Desa Pangkalan, sebuah pohon tumbang menghambat arus kendaraan, menyebabkan antrean panjang.
Bupati Rembang : Jaga Lingkungan, Cegah Banjir Kembali Terjadi!
Menanggapi bencana ini, Pemerintah Kabupaten Rembang bersama BPBD, BAZNAS, dan PMI langsung turun tangan memberikan bantuan. Sebanyak 155 paket sembako diserahkan secara simbolik oleh Bupati H. Harno, didampingi Wakil Bupati Mochamad Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies), di Kantor Desa Pangkalan, Kecamatan Sluke, Minggu (23/03/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Harno menegaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah pencegahan bencana di masa depan.
“Kerja bakti membersihkan lingkungan harus digiatkan kembali. Saluran air dan drainase harus dipelihara dengan baik agar tidak tersumbat. Jangan buang sampah sembarangan karena ini menjadi salah satu penyebab utama banjir,” ungkapnya di hadapan warga.
BPBD: Warga Harus Siaga dan Bertindak Cepat
Kepala BPBD Kabupaten Rembang, Sri Jarwati, juga mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap ancaman bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
“Jika hujan deras berlangsung lebih dari satu jam, warga harus segera waspada. Jangan tunggu banjir datang baru bertindak. Setelah air surut, segera lakukan kerja bakti membersihkan saluran air agar tidak terjadi penyumbatan,” katanya.
Beruntung, dalam musibah ini tidak ada korban jiwa. Namun, kerugian akibat banjir dan longsor diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Dari informasi yang dihimpun, Desa Jurangjero menjadi wilayah dengan dampak banjir paling parah.
Pemkab Siapkan Langkah Pemulihan
Saat ini, pemerintah daerah terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat proses pemulihan pasca-bencana. Upaya yang dilakukan mencakup perbaikan infrastruktur yang rusak serta peningkatan kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa depan.
“Kami akan berupaya maksimal untuk membantu warga yang terdampak. Baik dalam bentuk bantuan langsung maupun perbaikan infrastruktur yang rusak akibat bencana ini,” pungkasnya
Bencana ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Dengan gotong royong dan kepedulian bersama, bencana serupa dapat dicegah di masa yang akan datang.
(Mu’ti H./Syaiful M.)