KABUPATEN BEKASI – Bagi warga di enam kecamatan di wilayah utara Kabupaten Bekasi, Cabangbungin, Muaragembong, Sukakarya, Tambelang, Pebayuran, hingga sebagian Sukawangi, nama RSUD Cabangbungin bukan sekadar papan nama rumah sakit. Ia adalah simbol hadirnya negara di tengah keterbatasan layanan kesehatan.
Didirikan pada 2017, rumah sakit tipe D milik Pemkab Bekasi ini berdiri di tengah hamparan desa pesisir dan pertanian yang sebelumnya jauh dari akses layanan medis memadai. Dengan kapasitas 50 tempat tidur, RSUD Cabangbungin menjadi satu-satunya fasilitas rujukan masyarakat di radius 20 kilometer.
Direktur RSUD Cabangbungin, dr. Hj. Erni Herdiani, M.H, MARS, masih ingat betul bagaimana tantangan di awal berdiri. “Kami mengawali dengan keterbatasan, baik sumber daya manusia maupun fasilitas. Tapi kebutuhan masyarakat sangat besar, dan itu menjadi semangat kami untuk terus berbenah,” kata dr. Hj. Erni, Senin (8/9/2025).
Berbenah itulah yang kemudian membuahkan hasil. Pada 2022, RSUD Cabangbungin berhasil meraih akreditasi paripurna dari KARS. Bukan hanya sertifikat di dinding, melainkan pengakuan bahwa pelayanan di rumah sakit ini memenuhi standar mutu nasional.
Kini, RSUD Cabangbungin bahkan menjadi sorotan di tingkat provinsi. BPJS Kesehatan Kantor Cabang Cikarang menetapkan rumah sakit ini sebagai salah satu dari tiga fasilitas kesehatan Kabupaten Bekasi yang lolos seleksi awal penilaian Faskes Berkomitmen 2025, mewakili kategori Rumah Sakit Kelas D.
Di balik pencapaian itu, ada sederet inovasi yang lahir dari keterdesakan. Salah satunya RUSA BERLIAN (Rumah Sakit Berorientasi Pelayanan), sebuah program unggulan yang menekankan pelayanan cepat, transparan, sekaligus humanis. Ada pula SIDOMU, sistem digital untuk memantau mutu layanan, serta SIMASTESI, aplikasi manajemen aset terintegrasi yang dikembangkan internal.
“Banyak inovasi lahir dari kondisi lapangan. Misalnya, bagaimana mempersingkat waktu tunggu pasien, atau memastikan pengaduan ditangani tuntas. Kami harus kreatif karena masyarakat butuh solusi nyata,” kata dr. Hj. Erni.
Hasilnya mulai terasa. Angka Bed Occupancy Rate (BOR) yang dulu hanya 17,8% kini melonjak hingga 80%. Pendapatan dari klaim BPJS naik drastis dari Rp1,4 miliar menjadi Rp9,8 miliar. Indeks kepuasan masyarakat ikut meningkat dari 84 menjadi 90,37. Bahkan, Google Review pasien menunjukkan nilai hampir sempurna: 4,9.
Tak heran, berbagai penghargaan kemudian menghampiri. RSUD Cabangbungin tercatat sebagai Top Finalis Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Nasional 2025 dengan inovasi RUSA BERLIAN. Rumah sakit ini juga menyabet Juara 1 Inovasi Perangkat Daerah 2025 lewat SIDOMU, dan beberapa stafnya meraih penghargaan ASN berprestasi di tingkat kabupaten maupun provinsi.
Ke depan, RSUD Cabangbungin masih punya master plan jangka panjang hingga 2045. Bukan hanya memperkuat layanan medis, tetapi juga mendorong keberlanjutan inovasi berbasis teknologi, seperti pemanfaatan Mobile JKN, telekonsultasi via WhatsApp dan Zoom, hingga pengelolaan pengaduan berbasis digital.
“Harapan kami sederhana: masyarakat di wilayah utara Bekasi tidak lagi merasa terpinggirkan dalam urusan kesehatan. RSUD Cabangbungin ingin menjadi rumah sakit yang bukan hanya menyembuhkan, tapi juga memberi rasa percaya diri bahwa layanan kesehatan di sini bisa setara dengan wilayah lain,” pungkas dr. Hj. Erni. (Hms)