REMBANG – Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Rembang resmi meluncurkan program inovatif bertajuk MELATI (Madrasah Ekoteologi Lestarikan Alam dan Tingkatkan Iman), Kamis (5/6/2025). Bertempat di MTs Negeri 4 Rembang, peluncuran program ini menjadi momentum penting penguatan sinergi antara nilai-nilai keimanan dan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Acara dimulai dengan seremonial pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Madrasah, serta Hymne Madrasah. Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang H. Moh. Mukson, S.Ag., M.Pd.I, Kepala MTsN 4 Rembang Mukhoyaroh, S.Pd, serta perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Rembang.
Madrasah Ramah Lingkungan
Dalam sambutannya, Kepala MTsN 4 Rembang, Mukhoyaroh, menyampaikan rasa syukur atas kepercayaan yang diberikan kepada madrasahnya sebagai tuan rumah peluncuran program MELATI. Ia juga menjelaskan bahwa seluruh rangkaian acara berkomitmen terhadap prinsip ramah lingkungan.
“Kami bangga menjadi lokasi peluncuran perdana Program MELATI. Mohon maaf atas pelayanan tanpa kemasan plastik dalam kegiatan ini—ini adalah bagian dari komitmen kami dalam mengimplementasikan budaya madrasah ramah lingkungan melalui Program Adiwiyata,” tuturnya.
Mengintegrasikan Iman dan Ekologi
Kepala Kankemenag Rembang, H. Moh. Mukson, menjelaskan bahwa Program MELATI merupakan tindak lanjut dari delapan program prioritas Kementerian Agama (Astaprotas) 2025–2030, khususnya pada poin kedua: penguatan ekoteologi.
“Melalui MELATI, kami ingin mempertemukan ekologi dan teologi yang selama ini berjalan terpisah. Program ini bertujuan membentuk peserta didik yang tidak hanya memahami nilai keimanan, tetapi juga menerapkannya dalam kepedulian terhadap lingkungan,” jelas Mukson.
Ia menambahkan bahwa program ini ditandai dengan aksi simbolik penanaman pohon bersama—bagian dari gerakan besar penanaman 30.000 pohon oleh siswa madrasah se-Kabupaten Rembang, dengan prinsip satu siswa menanam satu pohon.
Dua Ranah, Tiga Aksi
Menurut Mukson, implementasi Program MELATI berfokus pada dua ranah utama:
- Integrasi fikih lingkungan dalam kurikulum pembelajaran, dengan penyesuaian terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
- Internalisasi nilai-nilai ekoteologi ke dalam perilaku siswa di lingkungan madrasah.
Program ini ditopang oleh tiga kegiatan pokok:
Penanaman pohon di lingkungan masyarakat,
Pengelolaan lingkungan madrasah secara berkelanjutan,
Pengelolaan sampah ramah lingkungan.l
“Madrasah harus menjadi pionir pelestarian lingkungan. Ini adalah perjuangan kolektif, bukan sekadar tanggung jawab pemerintah,” pungkas Mukson.
Dukungan Pemerintah Daerah
Mewakili Bupati Rembang, Asisten III Sekda, Ir. Dwi Wahyuni Haryati, M.M., menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif lokal dari Kemenag Rembang tersebut.
“Saya sempat bertanya, apakah ini program pusat atau daerah? Ternyata murni inovasi dari Kepala Kankemenag. Ini sangat luar biasa dan patut diapresiasi,” ungkapnya, disambut tepuk tangan peserta.
Ia menilai bahwa Program MELATI mampu menggabungkan nilai-nilai spiritual dengan kesadaran ekologis secara harmonis dan berkelanjutan.
“Persoalan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Madrasah harus turut berperan aktif dan menjadi agen perubahan, bukan hanya di bidang pendidikan dan agama, tapi juga dalam pelestarian alam,” tegasnya.
Aksi Simbolik dan Doa Bersama
Acara ditutup dengan aksi simbolik penanaman pohon oleh para pejabat yang hadir, disertai doa bersama. Peluncuran Program MELATI menjadi langkah strategis Kemenag Rembang dalam membentuk generasi madrasah yang tidak hanya religius, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis dan akhlak lingkungan.
Reporter: Mu’ti H.
Editor: Bento M.