KH Sholahuddin, MA: Takbir Mengingatkan Kita untuk Tawadhu dan Jaga Persaudaraan

Foto.Dok Istimewa

JEPARA-Dalam momentum Hari Raya Idul Fitri 1446 H, KH Sholahuddin, MA, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mustaqim Bugel, Kedung, Jepara, menyampaikan khutbah yang penuh hikmah di Masjid Baitul Muttaqin, Bugel, Kedung, Jepara, Senin (31/03/2025).

Dalam khutbahnya, beliau mengingatkan umat Islam untuk tidak henti-hentinya bertakwa kepada Allah SWT, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta menjaga persaudaraan antar sesama Muslim.

KH Sholahuddin, MA (sapaan akrab Gus Sholah), membuka khutbahnya dengan mengajak dirinya sendiri dan jamaah untuk merenungkan hikmah yang telah diperoleh selama bulan Ramadan.

“Selama satu bulan penuh, kita telah melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu, menahan amarah, dan menjauhi segala perbuatan tercela. Ramadan mengajarkan kita pentingnya kesabaran, kedisiplinan, dan kepedulian terhadap sesama,” ungkapnya.

Beliau juga menjelaskan makna takbir yang dikumandangkan saat Idulfitri.

“Allahu Akbar! Kalimat ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang Maha Besar, sementara manusia adalah makhluk yang kecil dan lemah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk sombong dan angkuh. Kesombongan hanya akan menjauhkan kita dari rahmat Allah dan merusak hubungan dengan sesama,” jelasnya.

Lebih lanjut, beliau menegaskan bahwa persaudaraan merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).

Dalam ayat ini, KH Sholahuddin, MA, menegaskan bahwa Islam memandang seluruh umat Muslim sebagai satu kesatuan yang tidak boleh terpecah belah. “Allah SWT telah menetapkan bahwa kita semua bersaudara. Maka, kewajiban kita adalah menjaga persaudaraan ini dengan menjauhi prasangka buruk, kedengkian, serta fitnah yang dapat merusak hubungan di antara kita,” jelasnya.

Beliau juga mengingatkan bahwa sejak awal dakwah Islam, Rasulullah SAW telah memberikan teladan dalam membangun persaudaraan.

“Ketika Rasulullah tiba di Madinah, beliau tidak hanya membangun masjid sebagai pusat ibadah, tetapi juga mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshor. Mereka saling berbagi, saling menolong, dan hidup dalam kebersamaan tanpa membedakan suku, status sosial, maupun latar belakang,” tuturnya.

KH Sholahuddin, MA, juga menyampaikan hadist Nabi Muhammad SAW tentang pentingnya menjaga hubungan sosial:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Dari hadits itu menurut KH. Sholahuddin, MA, dapat diambil pelajaran,”bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen,yaitu: menghormati keluarga, menyambung tali silaturahmi dan berkata baik,jika tidak bisa baik lebih baik diam,” jelasnya.

Menjelaskan hadis ini, KH Sholahuddin, MA, menegaskan bahwa keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam menjaga persaudaraan harus menjadi pedoman bagi umat Islam.

“Hadist ini mengajarkan bahwa iman kita harus tercermin dalam sikap sosial yang baik. Jangan sampai kita merusak hubungan hanya karena perbedaan kecil. Justru, kita harus memperbanyak silaturahmi, berkata baik, dan menjauhi perkataan yang menyakitkan,” ungkapnya.

KH Sholahuddin, MA, menekankan bahwa Islam mengajarkan kebersamaan dan sikap saling menghormati.

“Kita semua menghirup oksigen yang sama, ciptaan Allah SWT. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk saling merendahkan atau bersikap egois. Justru, kita harus semakin mempererat tali persaudaraan, terutama dalam momen kemenangan seperti Idulfitri ini,” tambahnya.

Di penghujung khutbahnya, KH Sholahuddin, MA, berpesan agar umat Islam terus memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT dan menjaga ukhuwah Islamiyah.

“Jangan pernah lelah untuk bertakwa. Jangan biarkan persaudaraan kita terpecah oleh hal-hal duniawi yang sifatnya sementara. Mari jadikan Idulfitri ini sebagai momentum untuk kembali kepada fitrah, menyatukan hati, dan memperkuat persaudaraan sebagai umat Islam,” pungkasnya.

(Mu’ti Hartono,S.Pd)

Komentar

Komentar

Mohon maaf, komentar belum tersedia

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Search