Meneladani Rasulullah SAW Dalam Mengatasi Konflik

IMG_20220317_162435

Oleh: Dr. Elli Widia.,S.Pd.,MM.Pd
“Perselisihan akan reda jika salah satu pihak mau mengalah, mengalah bukan berarti kalah karena mengalah demi kebaikan adalah kemenangan.” kata mutiara ini membuat kita menjadi sadar bahwa arti tindakan mengambil langkah mengalah, itu bukan berarti kalah dan hina.

Disetiap organsasi pasti memiliki konflik dalam mewarnai keberagaman watak dan juga pemikiran manusia didalamnya, karena konflik mampu mendewasakan cara berpikir dan bertindak agar konflik ini tidak berbuntut panjang.

Untuk menghindari konflik yang lebih intens dan berkepanjangan, sebagai orang yang arif, bisa melakukan beberapa hal, yaitu dengan mengalah. Mengalah disni bukan berarti kalah.

Terkadang, sikap mengalah menjadi solusi untuk meredam dan mengakhiri sebuah konflik. Memang sulit untuk mengalah, apa lagi kita harus mengalahkan ego dalam diri sendiri yang dimiliki oleh semua manusia.

Dalam menjalani kehidupan, pasti akan menemui konflik. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam hubungan pertemanan, hubungan asmara, bahkan hubungan keluarga, karena konflik merupakan suatu proses sosial antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Advertisement
Majalah

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. yang dimulai dari pikiran. Pikiran tentang eksistensi diri sendiri maupun dalam konteks ada bersama orang lain atau kelompok. Dengan begitu, konflik dapat muncul dalam diri sendiri maupun kepada orang lain.

Biasanya konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.

Kita bisa menela’ah konflik dengan menyelaraskan dengan Ilmu Manajemen. Manajemen konflik berasal dari dua kata, yakni manajemen dan konflik. Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia ‘Maneggiare’ yang berarti melatih kuda-kuda, atau secara harfiah ‘to handle’ yang artinya mengendalikan.

Sementara itu, menurut kamus Inggris Indonesia, ‘management’ artinya pengolahan dan istilah ‘manager’ berarti tindakan membimbing atau memimpin.

Kita bisa tela’ah dalam bahasa Cina, manajemen adalah ‘kuan lee’ yang berasal dari dua kata yaitu ‘kuan khung’ yang artinya mengawasi orang kerja, dan ‘lee chai’ yang artinya memanajemen konflik uang.

Advertisement
Majalah

Jadi definisi manajemen di dalam manajemen konflik ini tindakan untuk mengawasi atau mengatur orang bekerja.

Bagaimana pula menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sebuah tujuan dan konflik artinya benturan/tabrakan/pertentangan.

Dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan interaksi pertentangan antara dua pihak atau lebih. Konflik biasanya timbul pada berbagai situasi sosial, baik terjadi di dalam diri individu, antar individu, kelompok, organisasi, maupun suatu negara.

Di dalam sebuah organisasi, manajemen konflik sangat penting untuk dikembangkan. Mengembangkan manajemen konflik memungkinkan suatu organisasi atau perusahaan tersebut mampu mengevaluasi sistem dan mengembangkan kompetensi.

Dalam proses mengevaluasi sistem setelah melakukan manajemen konflik, diharapkan terjadinya efektivitas sistem yang berjalan dengan baik. Konflik di dalam manajemen konflik yang konstruktif akan membantu suatu organisasi atau perusahaan dalam mengidentifikasi apakah sistem yang dilakukan sudah berjalan efektif atau memerlukan perbaikan beberapa hal.

Advertisement
Majalah

Selain itu, manajemen konflik yang dilakukan dengan baik pada suatu organisasi juga mampu menambah dan mengasah kreativitas, dan meningkatkan produktivitas, serta meningkatkan kepuasan pihak satu dan pihak lainnya dan akhirnya, kepuasan kerja juga ikut meningkat.

Ada beberapa strategi manajemen konflik yang bisa dilakukan seperti ; Akomodatif. Akomodatif atau accommodating di dalam melaksanakan manajemen konflik ini adalah diharap dapat menjadi penengah terjadinya konflik dengan membuka diri untuk menerima dan menampung seluruh aspirasi, pandangan, dan pendapat dari kedua belah pihak yang terlibat konflik.

Menghindar. Strategi menghindari atau avoiding di dalam manajemen konflik dilakukan sebagai langkah antisipasi yang dilakukan untuk dapat mencegah dan menghindari potensi konflik.

Kolaborasi. Strategi kolaborasi atau collaborating ini mampu mengubah konflik menjadi hal yang positif. Caranya yakni dengan membiarkan semua pihak yang terlibat di dalam konflik mampu berkolaborasi.

Kompromi. Strategi manajemen konflik selanjutnya adalah kompromi, di mana proses penyelesaian konflik dilakukan dengan upaya untuk mencapai kompromi, ketika masing-masing pihak yang terlibat dapat menurunkan atau mengurangi tuntutan, kepentingan, keinginan, atau kehendak, sehingga dapat menghasilkan titik temu yang dapat diterima kedua belah pihak.

Advertisement
Majalah

Kompetisi. Strategi kompetisi atau competeting untuk melaksanakan manajemen konflik ini dilakukan dengan cara membiarkan kedua belah pihak yang berkonflik untuk dapat berkompetisi secara sehat.

Meski dalam beberapa kasus cara ini cukup adil dan fair, namun biasanya menghasilkan solusi yakni mendapatkan pihak yang menang dan kalah.

Konglomerasi. Strategi konglomerasi atau conglomerating ini merupakan cara menyelesaikan konflik atau strategi manajemen konflik dengan menggabungkan beberapa strategi di atasi dengan dilakukannya sebuah kompromi.

Kompromi adalah tipe manajemen konflik yang paling umum dilakukan bukan untuk menghasilkan win-win solution, tetapi untuk memenangkan semua pihak dan tidak ada yang dirugikan.

Rasulullah SAW dalam menghadapi konflik lebih menekankan pada upaya upaya damai daripada melawan dengan kekerasan.

Advertisement
Majalah

Misalnya, Rasulullah SAW menggunakan proses mediasi, negosiasi, dan problem solving dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
Selain itu Rasulullah SAW juga melakukan back down ( mengalah), withdrawing (menarik diri) , serta oppose (melawan) jika diperlukan dalam menghadapi konflik.

Dalam ajaran Islam ini menempatkan umat Islam pada tiga posisi yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an. Pertama, kita ini adalah sebaik-baik umat, karena itu kita menjadi umat role model atau menjadi contoh bagi umat yang lain.

Kedua, Allah SAW menyebut bahwa kita ini sebagai umat yang satu, karenanya penting kita untuk menjaga persatuan, kekompakan, soliditas, dan solidaritas.

Kemudian Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa kita sebagai umat penengah. Sebagai umat beragama, kita selalu tampil untuk menjadi penengah berbagai hal, berbagai konflik, berbagai persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan ini.

Spirit bagi kita untuk mengambil langkah terbaik, dan sebagai penengah itu, diaplikasikan oleh Rasulullah SAW di dalam kehidupannya. Sehingga Rasulullah SAW penuh dengan kearifan, bisa menghadapi, memberikan solusi terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi ketika itu.

Advertisement
Majalah

Ini menjadi pelajaran bagi kita. Salah satu contoh misalnya bagaimana ketika masyarakat Arab memindahkan Hajar Aswad. Kita tahu ketika itu Rasulullah SAW belum menjadi Nabi.

Tapi tanda-tanda kenabian, tanda-tanda orang besar, tanda-tanda manusia pilihan itu sudah diberikan kepada Rasulullah SAW. Sehingga beliau mendapat pengakuan dari seluruh kabilah-kabilah yang ada di Arab.

Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana kearifannya dapat mengatasi konflik sosial yang terjadi. Dengan melibatkan semua elemen sehingga semua merasa terapresiasi, merasa dirangkul, semua merasa diberikan hak dan dimuliakan. Sehingga Rasulullah SAW diberikan gelar Al-Amin atau orang yang dapat dipercaya.

Kita melihat konflik yang terjadi saat ini tidak lain adalah karena faktor keadilan. padahal adil itu dekat dengan taqwa.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya, “Dan taatilah Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar”.

Advertisement
Majalah

Allah mengingatkan kita untuk tidak berbantah-bantahan. Jika itu kita lakukan maka kita akan lemah, rusak, dan hilanglah kekuatan kita. Sebenarnya Al-Qur’an mengatakan dengan jelas, Rasul memberikan contoh dengan jelas, bagaimana konflik sosial ditangani dengan langkah-langkah yang tepat. (*Red)

Komentar

Komentar

Mohon maaf, komentar belum tersedia

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Search